Selasa, 16 Oktober 2012
TERUSLAH BERDZIKIR
Selasa, 04 September 2012
DOA DAN DZIKIR
Allah سبحانه و تعالى berfirman:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku,
niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (dengan memberikan rahmat dan
pengampunan). Dan bersyukurlah kepada-Ku, serta jangan ingkar (pada
nikmat-nikmat-Ku).” (QS. Al-Baqarah: 152)
وَاذْكُر
رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ
الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلاَ تَكُن مِّنَ الْغَافِلِينَ
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu
dengan merendahkan diri dan rasa takut (pada siksaan-Nya), serta tidak
mengeraskan suara, di pagi dan sore hari. Dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raaf: 205)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً
“Hai, orang-orang yang beriman, berdzikirlah yang banyak kepada Allah (dengan menyebut nama-Nya).” (QS. Al-Ahzaab: 41)
وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيراً وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً
“Laki-laki dan perempuan yang banyak
menyebut (nama) Allah, maka Allah menyediakan untuk mereka pengampunan
dan pahala yang agung.” (QS. Al-Ahzaab: 35)
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
أَلَا
أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيكِكُمْ
وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ
وَالْوَرِقِ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ
فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ قَالُوا بَلَى
قَالَ ذِكْرُ اللَّهِ تَعَالَى
“Maukah kamu, aku tunjukkan perbuatanmu
yang terbaik, paling suci di sisi Rajamu (Allah), dan paling mengangkat
derajatmu; lebih baik bagimu dari infaq emas atau perak, dan lebih baik
bagimu daripada bertemu dengan musuhmu, lantas kamu memenggal lehernya
atau mereka memenggal lehermu?” Para sahabat yang hadir berkata: “Mau
(wahai Rasulullah)!” Beliau bersabda: “Dzikir kepada Allah Yang
Mahatinggi.” [1]
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan orang yang ingat akan
Rabb-nya dengan orang yang tidak ingat Rabbnya laksana orang yang hidup
dengan orang yang mati.[2]
يَقُولُ
اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا
ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ
ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ
تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ
تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي
يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
“Allah تعالى berfirman: ‘Aku sesuai
dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, Aku bersamanya (dengan ilmu dan
rahmat) bila dia ingat Aku. Jika dia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku
mengingatnya dalam diri-Ku. Jika dia menyebut nama-Ku dalam suatu
perkumpulan, Aku menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih baik dari
mereka. Bila dia,mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya
sehasta. Jika dia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya
sedepa. Jika dia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku
mendatanginya dengan berjalan cepat.”[3]
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ بُسْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا
رَسُولَ اللهِ إِنَّ شَرَائِعَ الْإِسْلَامِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ
فَأَخْبِرْنِي بِشَيْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ. قَالَ: لَا يَزَالُ لِسَانُكَ
رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ
Dari Abdullah bin Burs رضي الله عنه, dia
berkata: Bahwa ada seorang lelaki berkata: ‘Wahai, Rasulullah!
Sesungguhnya syari’at Islam telah banyak bagiku, oleh karena itu,
beritahulah aku sesuatu buat pegangan.’ Beliau bersabda: ‘Tidak hentinya
lidahmu basah karena dzikir kepada Allah (lidahmu selalu
mengucapkannya).”[4]
مَنْ
قَرَأَ حَرْفاً مِنْ كِتَابَ اللَّهِ فلَهُ حَسَنَةٌ، وَالْـحَسَنَةُ
بِعَشْرِ أَمْثَالِـهَا لَا أَقُولُ: الـم حَرْفٌ، وَلَكِنْ: أَلِفٌ
حَرْفٌ، وَلَامٌ حَرْفٌ، ومِيَمٌ حَرْفٌ
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari
al-Qur’an, akan mendapatkan suatu kebaikan. Sedang satu kebaikan akan
dilipatkan sepuluh semisalnya. Aku tidak berkata: Alif laam miim, satu huruf. Akan tetapi Alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.”[5]
عَنْ
عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ: خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِي الصُّفَّةِ فَقَالَ: أَيُّكُمْ يُحِبُّ
أَنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ أَوْ إِلَى الْعَقِيقِ
فَيَأْتِيَ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ فِي غَيْرِ إِثْمٍ وَلَا
قَطْعِ رَحِمٍ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ نُحِبُّ ذَلِكَ قَالَ أَفَلَا
يَغْدُو أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمُ أَوْ يَقْرَأُ آيَتَيْنِ
مِنْ كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ
وَثَلَاثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلَاثٍ وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ
وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنْ الْإِبِلِ
Dari Uqbah bin Amir رضي الله عنه, dia
berkata: “Rasulullah صلى الله عليه وسلم keluar, sedang kami di serambi
masjid (Madinah). Lalu beliau bersabda: ‘Siapakah di antara kamu yang
senang berangkat pagi pada tiap hari ke Buthhan atau al-Aqiq, lalu
kembali dengan membawa dua unta yang besar punuknya, tanpa mengerjakan
dosa atau memutus silaturrahmi?’ Kami (yang hadir) berkata: ‘Ya kami
senang, wahai Rasulullah!’ Lalu beliau bersabda: ‘Apakah seseorang di
antara kamu tidak berangkat pagi ke masjid, lalu memahami atau membaca
dua ayat al-Qur’an, hal itu lebih baik baginya dari pada dua unta. Dan
(bila memahami atau membaca) tiga (ayat) akan lebih baik daripada
memperoleh tiga (unta). Dan (bila memahami atau mengajar) empat ayat
akan lebih baik baginya daripada memperoleh empat (unta), dan demikian
dari seluruh bilangan unta.”[6]
مَنْ
قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ
تِرَةٌ، وَمَنِ اضْطَجَعَ مَضْجَعًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ
عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ
Barangsiapa yang duduk di suatu tempat,
lalu tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya, pastilah dia mendapatkan
hukuman dari Allah dan barangsiapa yang berbaring dalam suatu tempat
lalu tidak berdzikir kepada Allah, pastilah mendapatkan hukuman dari
Allah.” [7]
مَا
جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا لَمْ يَذْكُرُوا اللهَ فِيْهِ، وَلَمْ يُصَلُّوْا
عَلَى نَبِيِّهِمْ إِلاَّ كَانَ عَلَيْهِمْ تِرَةٌ، فَإِنْ شَاءَ
عَذَّبَهُمْ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهـُمْ
“Apabila suatu kaum duduk di majelis,
lantas tidak berdzikir kepada Allah dan tidak membaca shalawat kepada
Nabinya, pastilah ia menjadi kekurangan dan penyesalan mereka, maka jika
Allah menghendaki bisa menyiksa mereka dan jika menghendaki mengampuni
mereka.”[8]
مَا
مِنْ قَوْمٍ يَقُوْمُوْنَ مِنْ مَجْلِسٍ لاَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ فِيْهِ
إِلاَّ قَامُوْا عَنْ مِثْلِ جِيْفَةِ حِمَارٍ وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةً
“Setiap kaum yang bangkit dari suatu
majelis, yang mereka tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya, maka
selesainya majelis itu seperti bangkai keledai dan hal itu menjadi
penyesalan mereka (di hari Kiamat).”[9]
[1] HR. At-Tirmidzi no. 3377, Ibnu Majah 2/1245. Lihat pula Shahih Tirmidzi 3/139 dan Shahih Ibnu Majah 2/316
[2] HR. Al-Bukhari dalam Fathul Baari 11/208. Imam Muslim meriwayatkan dengan lafazh sebagai berikut:
[2] HR. Al-Bukhari dalam Fathul Baari 11/208. Imam Muslim meriwayatkan dengan lafazh sebagai berikut:
مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِي يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ وَالْبَيْتِ الَّذِي لاَ يُذْكَرُ الله فِيْهِ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan rumah yang digunakan untuk
dzikir kepada Allah dengan rumah yang tidak digunakan untuk dzikir,
laksana orang hidup dengan orang yang mati.” (Shahiih Muslim 1/539).
KEUTAMAAN DZIKIR PENERANG KUBUR
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Berikut adalah keutamaan-keutamaan dzikir yang disarikan oleh Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam kitabnya Al Wabilush Shoyyib. Moga semakin memotivasi untuk tidak lalai dari dzikir, apalagi dzikir yang banyak disebut kalam Allah yaitu majelis ilmu yang mengkaji Al Kitab dan Sunnah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Pertama, mengusir setan.
Kedua, mendatangkan ridho Ar Rahman.
Ketiga, menghilangkan gelisah dan hati yang gundah gulana.
Keempat, hati menjadi gembira dan lapang.
Kelima, menguatkan hati dan badan.
Keenam, menerangi hati dan wajah.
Ketujuh, mendatangkan rizki.
Kedelapan, orang yang berdzikir akan merasakan manisnya iman dan keceriaan.
Kesembilan, mendatangkan cinta Ar Rahman yang merupakan ruh Islam.
Kesepuluh, mendekatkan diri pada Allah sehingga memasukkannya pada golongan orang yang berbuat ihsan yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihatnya.
Kesebelas, mendatangkan inabah, yaitu kembali pada Allah ‘azza wa jalla. Semakin seseorang kembali pada Allah dengan banyak berdzikir pada-Nya, maka hatinya pun akan kembali pada Allah dalam setiap keadaan.
Keduabelas, seseorang akan semakin dekat pada Allah sesuai dengan kadar dzikrnya pada Alalh ‘azza wa jalla. Semakin ia lalai dari dzikir, ia pun akan semakin jauh dari-Nya.
Ketigabelas, semakin bertambah ma’rifah (mengenal Allah). Semakin banyak dzikir, semakin bertambah ma’rifah seseorang pada Allah.
Keempatbelas, mendatangkan rasa takut pada Rabb ‘azza wa jalla dan semakin menundukkan diri pada-Nya. Sedangkan orang yang lalai dari dzikir, akan semakin terhalangi dari rasa takut pada Allah.
Kelimabelas, meraih apa yang Allah sebut dalam ayat,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
“Ingatlah pada-Ku, maka Aku akan melihat kalian.” (QS. Al Baqarah: 152). Seandainya tidak ada keutamaan dzikir selain yang disebutkan dalam ayat ini, maka sudahlah cukup keutamaan yang disebut.
Keenambelas, hati akan semakin hidup. Ibnul Qayyim pernah mendengar gurunya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
الذكر للقلب مثل الماء للسمك فكيف يكون حال السمك إذا فارق الماء ؟
“Dzikir pada hati semisal air yang dibutuhkan ikan. Lihatlah apa yang terjadi jika ikan tersebut lepas dari air?”
Ketujuhbelas, hati dan ruh semakin kuat. Jika seseorang melupakan dzikir maka kondisinya sebagaimana badan yang hilang kekuatan. Ibnul Qayyim rahimahullah menceritakan bahwa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sesekali pernah shalat Shubuh dan beliau duduk berdzikir pada Allah Ta’ala sampai beranjak siang. Setelah itu beliau berpaling padaku dan berkata, ‘Ini adalah kebiasaanku di pagi hari. Jika aku tidak berdzikir seperti ini, hilanglah kekuatanku’ –atau perkataan beliau yang semisal ini-.
Kedelapanbelas, dzikir menjadikan hati semakin kilap yang sebelumnya berkarat. Karatnya hati adalah disebabkan karena lalai dari dzikir pada Allah. Sedangkan kilapnya hati adalah dzikir, taubat dan istighfar.
Kesembilanbelas, menghapus dosa karena dzikir adalah kebaikan terbesar dan kebaikan akan menghapus kejelekan.
Keduapuluh, menghilangkan kerisauan. Kerisauan ini dapat dihilangkan dengan dzikir pada Allah.
Keduapuluh satu, ketika seorang hamba rajin mengingat Allah, maka Allah akan mengingat dirinya di saat ia butuh.
Keduapuluh dua, jika seseorang mengenal Allah dalam keadaa lapang, Allah akan mengenalnya dalam keadaan sempit.
Keduapuluh tiga, menyelematkan seseorang dari adzab neraka.
Keduapuluh empat, dzikir menyebabkan turunnya sakinah (ketenangan), naungan rahmat, dan dikelilingi oleh malaikat.
Keduapuluh lima, dzikir menyebabkan lisan semakin sibuk sehingga terhindar dari ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), dusta, perbuatan keji dan batil.
Keduapuluh enam, majelis dzikir adalah majelis para malaikat dan majelis orang yang lalai dari dzikir adalah majelis setan.
Keduapuluh tujuh, orang yang berzikir begitu bahagia, begitu pula ia akan membahagiakan orang-orang di sekitarnya.
Keduapuluh delapan, dzikir akan memberikan rasa aman bagi seorang hamba dari kerugian di hari kiamat.
Keduapuluh sembilan, karena tangisan orang yang berdzikir, maka Allah akan memberikan naungan ‘Arsy padanya di hari kiamat yang amat panas.
Ketigapuluh, sibuknya seseorang pada dzikir adalah sebab Allah memberi untuknya lebih dari yang diberikan pada peminta-minta.
Ketigapuluh satu, dzikir adalah ibadah yang paling ringan, namun ibadah tersebut amat mulia.
Ketigapuluh dua, dzikir adalah tanaman surga.
Ketigapuluh tiga, pemberian dan keutamaan yang diberikan pada orang yang berdzikir, tidak diberikan pada amalan lainnya.
Ketigapuluh empat, senantiasa berdzikir pada Allah menyebabkan seseorang tidak mungkin melupakan-Nya. Orang yang melupakan Allah adalah sebab sengsara dirinya dalam kehidupannya dan di hari ia dikembalikan. Seseorang yang melupakan Allah menyebabkan ia melupakan dirinya dan maslahat untuk dirinya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka Itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al Hasyr: 19)
Ketigapuluh lima, dzikir mudah menggerakkan hamba.
Ketigapuluh enam, dzikir adalah cahaya bagi pemiliknya di dunia, kubur, dan hari berbangkit.
Faedah dzikir lainnya insya Allah akan kami lanjutkan pada kesempatan lainnya. Allahumma yassir wa a’in.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
Sumber: Al Wabilush Shoyyib, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, terbitan Dar ‘Alam Al Fawaid, 94-114
KEUTAMAAN KEUTAMAN DZIKIR
Suatu hari para fakir miskin dari kalangan sahabat mendatangi rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam, mereka berkata , Wahai
Rasulullah,orang-orang kaya telah mendahului kami dengan membawa
derajat-derajat yang tinggi dan kenikmatan yang abadi.”Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam bertanya, Kenapa demikian? Para sahabat tadi melanjutkan, “orang-orang
kaya tersebut shalat sebagaimana kami juga sholat, mereka puasa
sebagaiman kami juga berpuasa, tapi mereka bersedekah dan kami tidak
bisa bersedekah, mereka membebaskan budak dan kami tidak bisa.”
Demikianlah
keluhan para shahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, mereka merasa
sedih ketika mendapati ada orang lain yang lebih baik amalannya.
Perlombaan ke negeri akhirat.oleh karena itu jadilah mereka sebaik baik
umat.maka pantas saja kalau Allah subahanahu wa ta’ala menjadikan cara
keimanan mereka standar dalam mengukur kebenaran dari kebatilan.
Allah ta’la berfirman :
فَإِنۡ
آمَنُواْ بِمِثلِ مَآ آمَنتُم بِهِۦ فَقَدِ ٱهتَدَواْۖ وَّإِن
تَوَلَّوۡاْ فَإِنَّمَا هُمۡ فِى شِقَاقٍ۬ۖ فَسَيَكفيكهم ٱللَّهُۚ وَهُوَ
ٱلسَّمِيعُ ٱلعَلِيمُ
“Maka
jika mereka beriman kepada apa yang kalian (para shahabat) telah
beriman kepadanya, sesungguh mereka berada dalam permusuhan (dengan
kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Al Baqarah:137)
Al Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah –rahimahullah- berkata, ayat
ini memposisikan keimanan para shahabat Nabi sebagai standar dan ukuran
dalam membedakan petunjuk dari kesesatan dan kebenaran kebatilan . Maka
apabila para ahli kitab beriman seperti keimanan mereka (para shahabat)
berarti mereka telah mendapatkan hidayah mutlak yang sempurna. Dan
apabila mereka berpaling dari beriman seperti keimanan para shahabat
maka mereka telah jatuh pada kebinasaan yang jauh.” Lihat Juga An Nisaa’:115
Lalu
Rasullah shalallhu ‘alaihi wasallam berkata menerangkan mereka,
“inginkah kalian aku ajarkan sesuatu dengannya kalian bisa menyusul
orang-orang yang mendahului kalian dan kalian bisa meninggalkan
orang-orang yang dibelakang kalian, dan tidak ada seorang pun yang lebih
baik dari kalian, kecuali mereka yang juga mencontoh amalan kalian?”
Beliau
shalallahu ‘alaihi wasallam tahu betul bahwa perlombaan sebenarnya
adalah ini.persis seperti yang Allah subahanahu wa ta’ala firmankan:
وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٍ۬ مِّن رَّبِّكمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَـٰوَٲتُ وَٱلأَرۡضُ أُعِدَّتۡ للمُتَّقِينَ
“Dan
beregeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan Bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertaqwa.(Al-Imran:133)
Bukan berlomba-lomba dalam dunia yang jelas-jelas tercela dalam agama,
“Ketahuilah,
Bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu
yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga tentang banyaknya harta dan anak,seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi
kering dan hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan
ampunan Allah serta keridlaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang menipu.”(al-Hadiid:20)
Lalu para shahabat tersebut dengan antusias menjawab, “tentu
ya rasulullah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkata:
“Bertasbih, bertakbir dan bertahmid lah kalian pada setiap kali selesai
shalat wajib sebanyak 33 kali. (HR. Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah).
Alangkah
besarnya fadhilah berdzikir kepada Allah subahanahu wa ta’ala, dengan
tasbih (ucapan subahanallah) , Takbir (ucapan Allahu Akbar), Tahmid
(ucapan Alhamdulillah) yang dibaca seorang hamba seperti yang
dituntunkan Nabi-Nya ia akan mendapatkan keutamaan-keutamaan
diatas.Demikianlah dzikir kepada Allah subahanahu wa ta’ala, bahkan
Allah subahanahu wata’ala mengancam orang-orang yang hatinya lalai dari
berdzikir mengingat Allah subahanahu wa ta’ala dalam firmanNya:
أَفَمَن
شَرَحَ ٱللَّهُ صَدۡرَهُ ۥ لِلإِسلا مِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ۬ مِّن
رَّبِّهِۦۚ فَوَيلٌ۬ لِّلقَـٰسِيَةِ قُلُوُبهم مِّن ذِكرِ ٱللَّهِۚ
أُولئكَ فِى ضَٰلالٍ۬ مُّبِينٍ
“Maka
apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya (untuk) menerima agama
Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabbnya (sama dengan orang yang
membantu hatinya) Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang
membantu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang
nyata.”(Az-Zummar:22)
Dan diantara Fadilah-Fadilah dzikir
yang lain adalah seperti yang disebutkan dalam banyak dalil al Qur’an
mauopun hadits-hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam :
1. Dzikir merupakan penangkal ampuh dari godaan-godaan syaithan.
Allah subahanahu wa ta’ala berfirman:
وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ ٱلشَّيطَـٰنِ نَزۡغٌ۬ فَٱستَعِذۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّهُ ۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلعَلِيمُ
“ Dan
Jika Syaithan mengganggumu dengan suatu ganguan, maka mohonlah
perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.” (Fushilat:36)
Dan
hadits-hadits dlam hal ini banyak, diantaranya adalah yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim dalam Kitab Shalat dalam Shahihnya, Bahwa Suhail bin
Abi Shalih bercerita, “Suatu hari Bapakku mengutusku pergi kekabilah
Bani Haritsah maka akupun pergi bersama seseorang teman.Tiba-tiba
terdengar suara memanggil-manggil nama temanku dari balik sebuah tembok.
Dan ketika temanku melihat ke balik tembok tempat suara tadi berasal,
ia tidak mendapati seseorangpun disana. Maka sepulangnya kami kerumah
aku ceritakan kejadian ini kepada bapakku, dan dia berkata:” seandainya
akau tahu bahwa kamu akan mengalami kejadian ini tentu aku tidak akan
mengutusmu, tapi apabila kamu mendengar suara maka kumandangkanlah
adzan, karena aku mendengar Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu membawakan
hadits dari nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: “
Sesungguhnya syaithan apabila terdengar panggilan shalat (adzan) lari
tungang langgang.”
2. Dzikir seorang hamba akan memenuhi timbangan kebaikannya di akhirat.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“(Ucapan) Alhamdulillah memenuhi timbangan dan (ucapan) Subahanallah wal hamdulillah keduanya memenuhi antara langit dan Bumi.”( HR. Muslim dari Abu Malik Al Asy’ary radhiyallahu ‘anhu)
3. Allah subahanahu wa ta’ala mencintai orang yang berdzikir kepada-Nya.
Allah subahanahu wa ta’ala berfirman:
فَٱذۡكُرُونِىٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشكُرُواْ لِى وَلا تَكُفرُونِ
“Berzikirlah
kalian kepada-Ku niscaya Akau akan mengingat-ingat kalian dan
bersyukurlah kalian kepada-Ku (atas berbagai nikmat yang Aku berikan
kepad kalian) serta janganlah kalian mengikarinya. (al-Baqarah:152)
dan disebukan didalam hadits abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“ Ada
dua kalimat yang ringan bagi lisan dan berat ditimbangan dan dicintai
oleh ar-Rahman yaitu: Subahanallah wabihamdih, Subahanallahil
‘Adzim.”(Bukhari-Muslim)
4. Dzikir kepada Allah subahanahu wa ta’ala menggugurkan dosa-dosa.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda:
Barang
siapa yang membaca “Subahanallahi wabihamdih seratur kali dalam sehari ,
akan digugurkan dosa-dosanya walaupun sebanyak buih dilautan.” (Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu)
5. Dengan Dzkir Allah subahanahu wa ta’ala akan tambahkan rezeki dan keturunan seseorang. Allah subahanahu wata’ala berfirman:
فَقُلتُ ٱستَغفرُواْ رَبَّكُمۡ إِنَّهُ ۥ كَانَ غَفَّارً۬ا
يُرۡسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيكُم مِّدۡرَارً۬ا
وَيُمۡدِدۡكُم بِأَموَٲلٍ۬ وَبَنِينَ وَيَجعَل لَّكُمۡ جَنَّا تٍ۬ وَيَجعَل لَّكُمۡ أَنهاٰرً۬ا
“Maka
aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya
Dia adalah Maha Pengampun niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu
dengan lebat, dan membanyakan harta dan anak-anakmu, dan menggandakan
untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu
sungai-sungai.” (Nuh:10-12)
Dan Fadilah-fadilah lainnya yang teramat banyak yang tidak mungkin disebutkan semuanya pada kesempatan yang singkat ini.
Dan dzikir kepada Allah subahanahu wa ta’ala apabila ditinjau dari sisi hukumnya,
Dzikir terbagi menjadi dua macam:
Pertama : Dzikir yang diwajibkan
Shalat misalnya merupakan termasuk dari dzikir-dzikir yang wajib, karena didalamnya terkandung dzikir-dzikir kepada Allah subahanahu wa ta’ala seperi membaca al Qur’an.
Kedua: Dzikir yang tathawwu’ ( yang Mustahab)
Seperti bacaan tasbih (subahanallah), tahlil (laa ilaaha ilallah), Takbir (Allahu Akbar).
Sedangkan apabila ditinjau dari sisi bentuknya.dzikrullah terbagi menjadi dua macam:
Pertama : dzikir anggota badan
Seperti dengan ucapan dan anggota badan. Cara ini dapat dilakukan oleh seseorang mukmin maupun munafiq
Kedua: Dzikir dengan hati.
Dimana hati seseorang senantiasa ingat kepada Allah subahanahu wa
ta’ala, senatiasa merasa diawasi Allah subahanahu wa ta’ala, sehingga
dia berupaya untuk menjalankan perintah-perintah-Nya. Dia Esa-kan
Allah subahanahu wa ta’ala dan tidak menyekutukan-nya. Dia menjalankan
sunnah atau ajaran Nabi-Nya dan meninggalkan larangannya. Dia senantiasa
ta’at kepada-Nya dan jauh dari maksiat. Maka dzikir ini tidak bisa
dilakukan kecuali oleh seorang Mukmin. Wallahu a’lam bishawab.
KEUTAMAAN BERDZIKIR
Rumah orang yang berdzikir kepada Allah adalah rumah manusia hidup,
dan rumah orang yang tidak berdzikir adalah seperti rumah orang mati,
atau kuburan.
KEUTAMAAN HALAQOTU DZIKR
Dzikir merambah aspek yang luas dalam
diri insan. Karena dengan dzikir, seseorang pada hakekatnya sedang
berhubungan dengan Allah. Dzikir juga merupakan makanan pokok bagi hati
setiap mu'min, yang jika dilupakan maka hati insan akan berubah menjadi
kuburan. Dzikir juga diibaratkan seperti bangunan-bangunan suatu negri;
yang tanpa dzikir, seolah sebuah negri hancur porak poranda bangunannya.
Dzikir juga merupakan senjata bagi musafir untuk menumpas para perompak
jalanan. Dzikirpun merupakan alat yang handal untuk memadamkan kobaran
api yang membakar dan membumi hanguskan rumah insan. Demikianlah
diungkapkan dalam "Tahdzib Madarijis Salikin".
Rasulullah SAW juga pernah menggambarkan
perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah seperti orang yang hidup,
sementara orang yang tidak berdzikir kepada Allah sebagai orang yang
mati:
عَنْ أَبِي مُوْسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الذِّي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالذِّي لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ"Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dan orang yang tidak berdzikir, adalah seumpama orang yang hidup dan mati." (HR. Bukhari)
Bahkan dalam riwayat lain, Rasulullah
SAW juga mengumpamakannya dengan rumah. Rumah orang yang berdzikir
kepada Allah adalah rumah manusia hidup, dan rumah orang yang tidak
berdzikir adalah seperti rumah orang mati, atau kuburan.
Seorang mu'min yang senantiasa mengajak
orang lain untuk kembali kepada Allah, akan sangat memerlukan porsi
dzikrullah yang melebihi daripada porsi seorang muslim biasa. Karena
pada hakekatnya, ia ingin kembali menghidupkan hati mereka yang telah
mati. Namun bagaimana mungkin ia dapat mengemban amanah tersebut,
manakala hatinya sendiri redup remang-remang, atau bahkan juga turut
mati dan porak poranda.
URGENSI DZIKIR DALAM KEBERSIHAN HATI SEORANG DA'I
Dari sini dapat diambil satu kesimpulan
bahwa tidak mungkin memisahkan dzikir dengan hati. Karena pemisahan
seperti ini pada hakekatnya sama seperti pemisahan ruh dan jasad dalam
diri insan. Seorang manusia sudah bukan manusia lagi manakala ruhnya
sudah hengkang dari jasadnya. Dengan dzikir ini pulalah, Allah gambarkan
dalam Al-Qur'an, bahwa hati dapat menjadi tenang dan tentram (13:28)
الذِّيْنَ آمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan dzikir kepada Allah. Ingatlah bahwa hanya dengan dzikrullah hati menjadi tenang."
Ketenangan bukanlah sebuah kata yang
tiada makna dan hampa. Namun ketenangan memiliki dimensi yang sangat
luas, yaitu mencakup kebahagian di dunia dan di akhirat. Allah SWT
ketika memanggil seorang hamba untuk kembali ke haribaan-Nya guna
mendapatkan keridhaan-Nya, menggunakan istilah ini:
"Wahai jiwa-jiwa yang tenang. Kembalilah
kamu pada Rabmu dalam kondisi ridha dan diridhai. Maka masuklah kamu
dalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah kamu dalam surga-Ku."
(Al-Fajr, 27-30)
Ketenagan hati juga berkaitan erat
dengan kebersihan hati. Hati yang tidak bersih, tidak dapat menjadikan
diri insan menjadi tenang. Bahkan penulis melihat bahwa kebersihan
hatilah yang menjadi pondasi tegaknya bangunan ketenangan hati. Dan
disinilah dzikir dapat mengantisipasi hati menjadi bersih, sebagaimana
dzikir juga dapat menjadikan hati menjadi tenang. Dan ini pulalah letak
urgensitas dzikir dalam hati seorang da'i.
Adalah suatu hal yang teramat tabu
bagi seorang da'i, meninggalkan dzikir dalam setiap detik yang
dilaluinya. Karena dzikir memiliki banyak keistimewaan yang teramat
penting guna menjadi bekalan da'wah yang akan mereka lalui. Salah
seorang salafuna saleh ada yang mengatakan, "Lisan yang tidak berdzikir
adalah seperti mata yang buta, seperti telinga yang tuli dan seperti
tangan yang lumpuh. Hati merupakan pintu besar Allah yang senantiasa
terbuka antara hamba dan Rabnya, selama hamba tersebut tidak menguncinya
sendiri." Adalah Syekh Hasan al-Basri, mengungkapkan dalam sebuah kata
mutiara yang sangat indah:
تَفَقَّدُوْا الْحَلاَوَةَ فيِ ثَلاَثَةِ أَشْيَاءٍ : فِي الصَّلاَةِ، وَفِي الذِّكْرِ وَفِي قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ، فَإِنْ وَجَدْتُمْ.... وَإِلاَّ فَاعْلَمُوْا أَنَّ اْلبَابَ مُغْلَقٌ"Raihlah keindahan dalam tiga hal; dalam shalat, dalam dzikir dan dalam tilawatul Qur'an, dan kalian akan mendapatkannya.... Jika tidak maka ketahuilah, bahwa pintu telah tertutup."
Inilah pentingnya dzikir bagi kebersihan
hati seorang da'i. Dengan dzikir, seorang hamba akan mampu menundukkan
syaitan, sebagaimana syaitan menundukkan manusia yang lupa dan lalai.
Dengan dzikir pulalah, amal shaleh menjadi hidup. Dan tanpa dzikir, amal
shaleh seperti jasad yang tidak memiliki ruh. Akankan aktifitas da'wah
yang dilakukan da'i menjadi seperti jasad tanpa ruh?
DZIKIR ANTARA HATI DAN LISAN
Dzikir merupakan ibadah hati dan lisan,
yang tidak mengenal batasan waktu. Bahkan Allah menyifati ulil albab,
adalah mereka-mereka yang senantiasa menyebut Rabnya, baik dalam keadaan
berdiri, duduk bahkan juga berbaring. Oleh karenanya dzikir bukan hanya
ibadah yang bersifat lisaniah, namun juga qolbiah. Imam Nawawi
menyatakan bahwa yang afdhal adalah dilakukan bersamaan di lisan dan di
hati. Sekiranyapun harus salah satunya, maka dzikir hatilah yang lebih
afdhal. Meskipun demikian, menghadirkan maknanya dalam hati, memahami
maksudnya merupakan suatu hal yang harus diupayakan dalam dzikir. Imam
Nawawi menyatakan:
المُرَادُ مِنَ الذِّكْرِ حُضُوْرُ الْقَلْبِ ، فَيَنْبَغِيْ أَنْ يَكُوْنَ هُوَ مَقْصُوْدُ الذَّاِكرِ فَيَحْرُصُ عَلَى تَحْصِيْلِهِ ،
وَيَتَدَبَّرَ مَا يَذْكُرُهُ ، وَيَتَعَقَّلَ مَعْنَاهُ...
Yang dimaksud dengan dzikir adalah menghadirkan hati. Seyogyanya hal ini menjadi tujuan dzikir, hingga seseorang berusaha merealisasikannya dengan mentadaburi apa yang didzikirkandan memahmi makna yang dikandungnya..."
Dari sinilah muncul perbedaan pendapat
mengenai dzikir dengan suara keras, atau dengan suara pelan.
Masing-masing dari kedua pendapat ini memiliki dalil yang kuat. Dan
cukuplah untuk menegahi hal ini, firman Allah dalam sebuah ayat:
Meskipun teks ayat di atas dimaksudkan pada bacaan shalat, namun ada juga riwayat lain yang menunjukkan bahwa dzikir dan doa juga termasuk yang dimaksudkannya juga.قُلِ ادْعُوْا اللهَ أَوِ ادْعُوْا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوْا فَلَهُ اْلأَسْمَاءُ الْحُسْنَى وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلاَتِكَ وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا
وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيْلاً" Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu" (Al-Isra', 17:110)
قال ابن جرير: حدثنا يعقوب حدثنا ابن علية عن سلمة بن علقمة عن محمد بن سيرين قال: نبئت أن أبا بكر كان إذا صلى فقرأ خفض صوته وأن عمر كان يرفع صوته فقيل لأبي بكر لم تصنع هذا؟ قال أناجي ربي عز وجل وقد علم حاجتي فقيل أحسنت. وقيل لعمر لم تصنع هذا؟ قال أطرد الشيطان وأوقظ الوسنان قيل أحسنت فلما نزلت "ولا تجهر بصلاتك ولا تخافت بها وابتغ بين ذلك سبيلا" قيل لأبي بكر ارفع شيئا وقيل لعمر اخفض شيئاIbnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Sirin, "bahwa Abu Bakar senantiasa mengecilkan suaranya dalam shalat, sedangkan Umar mengeraskan suaranya. Hingga suatu ketika Abu Bakar ditanya mengenai pelannya suara, beliau menjawab, "Aku bermunajat kepada Rabku, dan Allah telah mengetahui keperluanku." Sementara Umar menjawab, "Aku mengeraskannya untuk mengusir syaitan dan menghancurkan berhala." Maka tatkala turun ayat ini, dikatakan kepada Abu Bakar agar mengeraskan sedikit suaranya dan kepada Umar agar dikecilkan sedikit suaranya."
Dan doa merupakan bagian dari dzikir. Kemudian terlepas dari "jahr" dan "sir", yang paling penting adalah bagaimana hati dan lisan tidak pernah kering dari dzikrullah.وَقَالَ أَشْعَثُ بْنُ سِوَارٍ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ: نَزَلَتْ فِي الدُّعَاءِ وَهَكَذَا رَوَى الثَّوْرِيُّ وَمَالِكٌ عَنْ هِشَامٍ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أََبِيْهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّهَا نَزَلَتْ فِي الدُّعَاءِ"Asy'ast berkata dari Ikrimah dari ibnu Abbas, bahwa ayat ini turun pada permasalahan doa. Demikian juga Imam Sufyan al-Tsauri dan Malik meriwyatkan dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari Aisyah ra, bahwa ayat ini turun pada permasalahan doa."
KEUTAMAAN HALAQOTU DZIKR
Selain dapat dilakukan secara "sirr"
maupun "jahr", dzikir pun dapat dilakukan secara fardi dan jama'i.
Rasulullah SAW juga menjelaskan mengenai keutamaan dzikir secara jama'i,
yang dilakukan dalam halaqoh-halaqoh dzikir. Imam Nawawi dalam Riyadhus
Shalihin juga mencantumkan bab khusus tentang keutamaan halaqoh dzikir
(Bab ke 247), sebagaimana Imam Muslim juga mencantumkan dalam Shahehnya
bab fadhl Majalis Dzikr. Bahkan jika diperhatikan dan ditadaburi, dalam
Al-Qur'an pun Allah secara tersirat memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk
senantiasa komitmen dengan halaqoh dzikir:
Adapun dalam hadits, terdapat beberapa riwayat yang mengungkapkan keutamaan majalis dzikr, diantaranya adalah:وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الذِّيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بْالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهُ وَلاَ تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَاوَلاَ تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengkuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (Al-Kahfi, 18:28)
Dalam hadits lain, Rasulullah SAW mengatakan:عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ ،قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "لاَ يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ إِلاَّ حَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ""Dari Abu Sa'id al-Khudzri ra, Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah sekelompok orang duduk dan berdzikir kepada Allah, melainkan mereka akan dikelilingi para malaikat, mendapatkan limpahan rahmat, diberikan ketenangan hati, dan Allah pun akan memuji mereka pada orang yang ada di dekat-Nya." (HR. Muslim)
Dalam hadits lain disebutkan:عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ :سَيَعْلَمُ أَهْلُ الْجَمْعِ مِنْ أَهْلِ الْكِرَمِ، فَقِيْلَ مَنْ أَهْلُ الْكِرَمِ يَا رَسُوْلُ اللهِ؟، قَالَ مَجَالِسُ الذِّكْرِ فِيْ الْمَسَاجِدِ. (رواه أحمد)"Dari Abu Sa'id al-Khudzri ra, Rasulullah SAW bersabda, "Allah SWT berfirman pada hari kiamat, 'orang-orang yang berkumpul akan mengetahui siapakah mereka yang termasuk ahlul karam (orang yang mulia)', seorang sahabat bertanya, siapakah ahlul kiram ya Rasulullah SAW?, beliau menjawab, "majlis-majlis dzikir di masid-masjid." (HR. Ahmad)
MENTADABURI AYAT-AYAT DZIKIRعَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوْا، قَالُوْا وَمَا رِياَضُ الْجَنَّةِ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟،قَالَ حَلَقُ الذِّكْرِ، فَإِنَّ لِلَّهِ تَعَالىَ سَيَّارَاتٌ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ يَطْلُبُوْنَ حَلَقَ الذِّكْرِ ، فَإِذَا أَتَوْا عَلَيْهِمْ حَفُّوْا بِهِمْ. (رواه أحمد والترمذي والبيهقي)Dari ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda, "Apabila kalian melalui taman-taman surga, maka kelilingilah ia." Sahabat bertanya, "apakah taman-taman surga wahai Rasulullah SAW?", beliau menjawab, "yaitu halaqoh-halaqoh dzikir, karena sesungguhnya Allah memiliki pasukan-pasukan dari malaikat, yangmencari halaqoh-halaqoh dzikir, yang apabila mereka menjumpainya, mareka akan mengelilinginya." (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Baihaqi)
Setidaknya terdapat sepuluh gambaran,
yang Allah sebutkan dalam Al-Qur'an, dengan kaitannya pada penyebutan
dzikir. Kesepuluh hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sebagai perintah, sebagaimana yang Allah gambarkan dalam surat AL-Ahzab 41-44:2. Larangan melupakan dzikir; sebagaimana yang Allah gambarkan dalam surat Al'A'raf 204:ياأيها الذين ءامنوا اذكروا الله ذكرا كثيرا. وسبحوه بكرة وأصيلا. هو الذي يصلي عليكم وملائكته ليخرجكم من الظلمات إلى النور وكان بالمؤمنين رحيما. تحيتهم يوم يلقونه سلام وأعد لهم أجرا كريما"Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang mu'min itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah: "salam"; dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka." (Al-Ahzab, 33:41-44)
Kemudian juga dalam surat Al-Hasyr, 59:19 :(ولا تكن من الغافلين)"Dan janganlah kamu termasuk golongan mereka-mereka yang melupkan Allah (tidak berdzikir)"(Al-A'raf, 7:204)
3. Mendapatkan pujian dan surga bagi para pendzikir..Sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat Al-Ahzab, 33:35:(ولا تكون كالذين نسوا الله فأنساهم أنفسهم، أولئك هم الفاسقون)"Dan janganlah kamu menjadi termasuk orang-orang yang melupakan Allah, maka Allah pun akan melupakan mereka."
4. Memiliki kaitan erat dengan kemenangan.Sebagaimanayang Allah firmankan dalam surat al-Anfal, 8:45 :إن المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات والقانتين والقانتات والصادقين والصادقات والصابرين والصابرات والخاشعين والخاشعات والمتصدقين والمتصدقات والصائمين والصائمات والحافظين فروجهم والحافظات والذاكرين الله كثيرا والذاكرات أعد الله لهم مغفرة وأجرا عظيما"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta`atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu`, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunandan pahala yang besar."
5. Kerugian orang yang lalai berdzikir. Sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat Al-Munafiqun, 63:9 :(واذكروا الله كثيرا لعلكم تفلحون)"...Dan berdzikirlah kalaian yang banyak kepada Allah, semoga kalian beruntung."
6. Allah menyebut mereka-mereka yang menyebut-Nya. Sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat al-Baqarah, 2: 152 :(يا أيها الذين آمنوا لا تلهكم أموالكم ولا أولادكم عن ذكر الله ومن يفعل ذلك فأولئك هم الخاسرون)"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi."
7. Dzikir sebagai suatu hal yang teramat besar. Sebagaimana yang Allah firmankan dalamn surat Al-Ankabut, 29:45:(فاذكروني أذكركم واشكروا لي ولا تكفرون)"Maka sebutlah Aku, niscaya Aku akan menyebut kalian, dan bersyukurlah kalian kepada-Ku dan janganlah kufur."
8. Sebagai khatimah setiap amal shaleh. Sebagaimana yang Allah gambarkan sebagai penutup ibadah shalat, (Al-Jum'ah, 62:10):(ولذكر الله أكبر)"Dan sesungguhnya mengingat Allah itu lebih besar (dari pada ibadah-ibadah lain)
9. Hanya orang-orang yang berdzikirlah, yang dapat mengambil faedah ayat-ayat Allah. Sebagaimana yang Allah gambarkan dalam surat Ali Imran, 3: 190-191:فإذا قضيت الصلاة فانتشروا في الأرض وابتغوا من فضل الله واذكروا الله كثيرا لعلكم تفلحون"Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung."
10. Allah menggandengkan dzikir dengan amalan-amalan shaleh lainnya, seperti dengan jihad. Sebagaimana yang Allah gambarkan dalam surat Al-Anfal, 8: 45:إن في خلق السموات والأرض واختلاف الليل والنهار لآيات لأولي الألباب. الذين يذكرون الله قياما وقعودا وعلى جنوبهم ويتفكرون في خلق السموات والأرض ربنا ما خلقت هذا باطلا سبحانك فقنا عذاب النار"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau,maka peliharalah kami dari siksa neraka."
JALAN MENUJU DZIKIR YANG SHAHIH(يا أيها الذين آمنوا إذا لقيتم فئة فاثبتوا واذكروا الله كثيرا لعلكم تفلحون)"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung."
Tinggallah sekarang memahami bagaimana
dzikir yang benar. Dzikir yang benar adalah dzikir yang ikhlas hanya
mengharapkan ridha Allah semata. Bahkan keikhlasan ini juga sampai pada
derajat, tidak boleh meninggalkannya karena takut riya'. Karena
meninggalkan pekerjaan karena takut riya' adalah riya', sebagaimana
dikemukakan Fudhail bin Iyadh:
قَالَ الْفُضَيْلُ بْنُ عِيَاضٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، "تَرْكُ الْعَمَلَ لِأَجْلِ النَّاسِ رِيَاءٌ، وَالْعَمَلُ لأَجْلِ النَّاسِ شِرْكُ،
وَاْلإِخْلاَصُ أَنْ يُعَافِيْكَ اللهُ مِنْهُمَا
Fudahil bin Iyadh mengatakan, "Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya', dan beramal karena manusia adalah syirik. Adapun ikhlas adalah Allah melepaskanmu dari kedua hal di atas.
Selain keikhlasan, tentu saja dibutuhkan
kesesuaian dengan tuntunan yang diajarkan Rasulullah SAW. Doa dan
dzikir yang ma'tsur lebih utama dari doa yang tidak ma'tsur. Meskipun
demikian, segala bentuk dzikir yang memuji Allah, memohon ampunannya
atau bentuk-bentuk lainnya adalah dapat dilakukan, kendatipun tidak
menggunakan lafal bahasa Arab sekalipun. Hal yang terpenting adalah agar
senantiasa berdzikir dalam segala waktu dan kondisi. Di rumah, di
masjid, di kendaraan, di jalanan, di tempat kerja, terlebih-lebih di
medan da'wah...
Dua hal di atas merupakan hal yang
paling pokok dalam melakukan dzikir. Dalam Al-Adzkar, Imam Nawawi
menyarankan agar orang yang seyogyanya memperhatikan adab-adab dalam
melakukan dzikir. Terutama ketika seseorang sedang berada dalam
rumahnya, atau di suatu tempat yang layak. Diantara adab-adab tersebut
adalah: hendaknya menghadap kiblat, posisi duduk yang menggambarkan
kekhusyu'an dan ketakutan kepada Allah, menundukkan kepala, kemudian
tempat yang digunakan untuk berdzikir hendaknya bersih dan sunyi, lebih
afdhal juga jika seseorang dalam keadaan suci. Adapun jika berada pada
suasana diluar masjid dan rumah, maka paling tidak keikhlasan, dan
ketundukkan diri pada Allah SWT.
Dzikir adalah suatu hal yang paling
indah dalam kehidupan fana ini. Oleh karenanya, sesungguhnya tidak ada
alasan apapun, yang membolehkan seorang muslim meninggalkan dzikir.
Justru semakin seorang muslim tenggelam dalam kelezatan dzikir, semakin
pula ia rindu dan rindu pada Dzat yang di sebutnya dalam dzikirnya. Dan
jika seorang hamba rindu pada Khlaiqnya, maka Sang Khaliq pun akan rindu
padanya. Rasulullah SAW mengatakan, "barang siapa yang merindukan
pertemuan dengan Allah, maka Allahpun merindukan pertemuan
dengan-Nya.... Ya Allah, jadikanlah kami sebagai hamba-hamba-Mu yang
senantiasa Engkau rindukan.... Amiiin.
Wallahu A'lam bis Shawab
KEUTAMAAN DZIKIR ANJURAN MENGERJAKANYA
Allah Ta’ala berfirman: “Dan sesungguhnya berdzikir kepada Allah itu adalah lebih besar -keutamaannya-.” (al-’Ankabut: 45)
Allah Ta’ala juga berfirman: “Maka berdzikirlah engkau semua kepadaKu, tentu Aku akan ingat padamu semua.” (al-Baqarah: 152)
Allah
Ta’ala berfirman pula: “Dan berdzikirlah kepada Tuhanmu dalam hatimu
dengan rendah hati dan takut dan bukan dengan suara keras, di waktu pagi
dan petang dan janganlah engkau termasuk orang-orang yang lalai”
(al-A’raf: 205)
Allah
Ta’ala berfirman lagi: “Dan berdzikirlah engkau semua kepada Allah
dengan sebanyak-banyaknya, supaya engkau semua berbahagia.” (al-Jumu’ah:
10)
Allah
Ta’ala juga berfirman: “Sesungguhnya orang-orang Islam, lelaki dan
perempuan,” sampai kepada firman Allah Ta’ala: “Dan orang-orang’yang
berdzikir kepada Allah, lelaki dan perempuan dengan sebanyak-banyaknya,
maka Allah menyediakan kepada mereka itu pengampunan serta pahala yang
besar.” (al-Ahzab: 35)
Allah
Ta’ala berfirman lagi: “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah
kepada Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya dan Maha Sucikanlah
Allah itu di waktu pagi dan sore,” sampai akhir ayat. (al-Ahzab: 41-42)
Ayat-ayat dalam bab ini banyak sekali dan dapat dimaklumi.
1405.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Ada dua
kalimat yang ringan pada lisan -yakni mudah diucapkan, tetapi berat
sekali dalam timbangan -di akhirat-, dicintai oleh Allah Maria Pengasih,
yaitu Subhanallah wa bihamdih dan Subhanallahil ‘azhim.” Artinya: Maha
Suci Allah dan dengan mengucapkan puji-pujian padaNya dan Maha Suci
Allah yang Maha Agung. (Muttafaq ‘alaih)
1406.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Sesungguhnya kalau saya mengucapkan: Subhanallah walhamdu lillah wa la
ilaha illallah wallahu akbar -yg artinya: Maha Suci Allah, segenap puji
bagi Allah, tiada Tuhan melainkan Allah dan Allah adalah Maha Besar-,
maka itu adalah lebih saya sukai daripada apa saja yang matahari terbit
atasnya -yakni lebih disukai dari dunia dan seisinya ini.” (Riwayat
Muslim)
1407.
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Barangsiapa mengucapkan: La ilaha illallah wahdahu la syarikalah, lahul
mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qadir -yg artinya:
Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. BagiNya
adalah semua kerajaan dan puji-pujian dan Allah adalah Maha Kuasa atas
segala sesuatu-, dalam sehari seratus kali, maka ia memperoleh pahala
yang menyamai dengan memerdekakan sepuluh orang hamba sahaya, juga
untuknya dicatatlah sebanyak seratus kebaikan dan dihapuskanlah dari
dirinya sebanyak seratus keburukan, juga ia dapat memperoleh perjagaan
dari godaan syaitan pada harinya itu sampai waktu sore. Tiada seorangpun
yang dapat memperoleh sesuatu yang lebih utama dari apa yang dilakukan
oleh orang di atas itu, melainkan seorang yang mengerjakan lebih banyak
dari itu.” Beliau s.a.w. selanjutnya bersabda: “Barangsiapa yang
mengucapkan: Subhanallah wa bihamdih -Maha Suci Allah dan dengan
mengucapkan puji-pujian padaNya-, dalam sehari sebanyak seratus kali,
maka dihapuskanlah dari dirinya semua kesalahan-kesalahannya (dosa-dosa
kecil), sekalipun kesalahan-kesalahannya itu banyaknya seperti buih
lautan.” (Muttafaq ‘alaih)
1408.
Dari Abu Ayyub al-Anshari r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: “Barangsiapa
mengucapkan: La ilaha illallahu wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa
lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qadir -artinya lihat hadits
no.1407-, sebanyak sepuluh kali, maka ia adalah sebagaimana seorang yang
memerdekakan empat jiwa dari keturunan Ismail.” (Muttafaq ‘alaih)
1409.
Dari Abu Zar r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda kepada saya:
“Tidakkah engkau semua suka kalau saya beritahukan kepadamu perihal
ucapan yang paling dicintai oleh Allah? Sesungguhnya ucapan yang paling
dicintai oleh Allah ialah Subhanallah wa bihamdih.” (Riwayat Muslim)
1410.
Dari Abu Malik al-Asy’ari r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Bersuci itu adalah separuh keimanan, bacaan Alhamdulillah itu adalah
memenuhi beratnya timbangan -di akhirat, sedang Subhanallah dan
Alhamdulillah itu memenuhi apa yang ada diantara langit dan bumi.”
(Riwayat Muslim)
1411.
Dari Sa’ad bin Abu Waqqash r.a., katanya: “Ada seorang A’rab -penghuni
pedalaman negeri Arab- datang kepada Rasulullah s.a.w., lalu berkata:
“Ajarkanlah kepada saya sesuatu ucapan yang baik saya ucapkan!” Beliau
s.a.w. bersabda: “Katakanlah: La ilaha illallah wahdahu la syarikalah,
Allahu Akbar kabira, walhamdu lillahi katsira, wa subhanallahi rabbil
‘alamin wa la haula wa la quwwata illa billahil ‘azizil hakim.” Artinya:
Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. Allah
adalah Maha Besar dengan sebesar-besarnya, segala puji bagi Allah dengan
sebanyak-banyaknya, Maha Suci Allah yang menguasai seluruh alam dan
tiada daya serta tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah yang
Maha Mulia lagi Bijaksana. Orang A’rab tadi lalu berkata: “Itu semua
adalah untuk memuji Tuhanku. Lalu manakah yang untuk kepentinganku?”
Beliau s.a.w. bersabda: “Katakanlah: Allahummaghfir li warhamni wahdini
warzuqni” -Ya Allah, berilah pengampunan pada saya, berilah kerahmatan,
juga petunjuk dan rezeki kepada saya. (Riwayat Muslim)
1412.
Dari Tsauban r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. itu apabila selesai dari
shalatnya, beliau s.a.w. lalu mengucapkan istighfar -yakni ucapan
Astaghfirullah, artinya: Saya mohon ampun kepada Allah-, sebanyak tiga
kali, kemudian mengucapkan: Allahumma antas salam, wa minkas salam,
tabarakta ya dzaljalali wal-ikram.” Ya Allah, Engkau adalah Maha
Menyelamatkan, daripadaMulah datangnya keselamatan, Engkau Maha Tinggi,
hai Zat yang memiliki keperkasaan dan kemuliaan. Kepada al-Auza’i
ditanyakan -Beliau adalah salah seorang yang meriwayatkan Hadis-:
“Bagaimanakah ucapan istighfar itu?” Ia menjawab: “Orang yang
beristighfar itu supaya mengucapkan: Astaghfirullah, astaghfirullah.”
(Riwayat Muslim)
1413.
Dari Almughirah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu apabila selesai
dari shalat dan telah bersalam, lalu mengucapkan: La ilaha illalahu
wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli
syai-in qadir -artinya lihat hadits no.1407-. Allahumma la mani’a lima
a’thaita wa la mu’thia lima mana’ta wa la yanfa’u dzaljaddi minkal jaddu
-Ya Allah, tiada yang kuasa menolak terhadap apa saja yang Engkau
berikan dan tiada yang kuasa memberi terhadap apa saja yang Engkau tolak
dan tiada akan memberikan kemanfaatan kekayaan itu kepada orang yang
me-milikinya daripada siksaMu. (Muttafaq ‘alaih)
1414.
Dari Abdullah bin az-Zubair radhiallahu ‘Anhuma bahwasanya ia
mengucapkan setiap selesai mengerjakan shalat dan bersalam: La ilaha
illallahu wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala
kulli syai-in qadir. Lahaula wa la quwwata illabillah. La ilaha
illallahu wa la na’budu illa iyyahu, lahun ni’mati wa lahuts tsana-ul
hasan. La ilaha illallahu mukhlishina lahuddina walau karihal kafirun.
-Artinya: “Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, tiada sekutu
bagiNya. BagiNya adalah semua kerajaan dan puji-pujian dan Allah adalah
Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan
dengan pertolongan Allah. Tiada Tuhan melainkan Allah dan kita tidak
menyembah selain daripadaNya. BagiNyalah segala kenikmatan dan keutamaan
dan bagiNya pula puji-pujian yang baik. Tiada Tuhan melainkan Allah,
kita berikhlas hati menjalankan agama untukNya, sekalipun orang-orang
kafir membencinya”-. Abdullah bin az-Zubair berkata: “Rasulullah s.a.w.
biasa membaca dengan bacaan yang tersebut di atas itu sehabis setiap
bershalat.” (Riwayat Muslim)
1415.
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya kaum fakir dari golongan para sahabat
Muhajirin mendatangi Rasulullah s.a.w. lalu berkata: “Orang-orang yang
memiliki harta banyak itu sama pergi -yakni meninggal dunia- dengan
membawa derajat yang tinggi-tinggi dan kenikmatan yang kekal. Sebabnya
ialah karena mereka bershalat sebagaimana kita bershalat, mereka
berpuasa sebagaimana kita berpuasa, lagi mereka mempunyai kelebihan dari
harta-harta mereka dan dapat mereka gunakan untuk beribadah haji,
berumrah, berjihad serta bersedekah.” Beliau s.a.w. lalu bersabda:
“Tidakkah engkau semua suka kalau saya ajarkan kepadamu semua sesuatu
yang dengannya itu engkau semua dapat mencapai pahala orang yang telah
mendahuluimu dan dapat mendahului orang yang sesudahmu. Juga tiada
seorangpun yang lebih utama pahalanya daripadamu semua, selain orang
yang mengerjakan sebagaimana yang engkau kerjakan itu?” Mereka menjawab:
“Baiklah, ya Rasulullah.” Beliau s.a.w. bersabda: “Hendaklah engkau
semua membaca tasbih, tahmid dan takbir sehabis shalat -wajib- sebanyak
tiga puluh tiga kali masing-masing.” Abu Shalih yang meriwayatkan hadits
ini dari Abu Hurairah, ketika ditanya bagaimana cara menyebutkan
tasbih, tahmid dan takbir itu, lalu menjawab: “Orang yang berdzikir itu
supaya mengucapkan: “Subhanallah, Alhamdulillah dan Allahu Akbar -Maha
Suci Allah dan segenap puji bagi Allah dan Allah adalah Maha Besar-.”
Sehingga jumlah semuanya itu ada tiga puluh tiga kali. (Muttafaq ‘alaih)
Imam Muslim menambahkan dalam riwayatnya: “Lalu kembalilah kaum fakir
dari golongan sahabat Muhajirin itu kepada Rasulullah s.a.w. lalu mereka
berkata: “Saudara-saudara kita yakni orang-orang yang berharta sudah
sama mendengar apa yang kita kerjakan ini, kemudian merekapun
mengerjakan seperti itu pula.” Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: “Yang
sedemikian itu adalah keutamaan Allah yang diberikan kepada orang yang
dikehendaki.” Addutsur adalah jamaknya datsrun dengan fathahnya dal dan
saknahnya tsa’ yang bertitik tiga, artinya ialah harta yang banyak.
1416.
Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Rasulullah s.a.w. bersabda :
“Barangsiapa yang membaca Subhanallah sehabis tiap bershalat -wajib-
sebanyak tiga puluh tiga kali dan membaca Alhamdudillah sebanyak tiga
puluh tiga kali dan pula membaca Allahu Akbar sebanyak tiga puluh tiga
kali dan untuk menyempurnakan keseratusnya ia membaca: La ilaha
illallahu wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala
kulli syai-in qadir -artinya lihatlah dalam hadits no.1407-, maka
diampunkanlah untuknya semua kesalahan-kesalahannya, sekalipun banyaknya
itu seperti buih lautan.” (Riwayat Muslim)
1417.
Dari Ka’ab bin ‘Ujrah r.a. dari Rasulullah s.a.w. sabdanya: “Beberapa
penghujung yang tidak akan rugilah orang yang mengucapkannya atau yang
mengerjakannya sehabis setiap shalat yang diwajibkan, yaitu tiga puluh
tiga kali bacaan tasbih, tiga puluh tiga kali bacaan tahmid dan tiga
puluh empat kali bacaan takbir.” (Riwayat Muslim)
1418.
Dari Sa’ad bin Abu Waqqash r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu
berta’awwudz -yakni berdoa untuk mohon perlindungan- pada setiap selesai
shalat dengan kalimat-kalimat ini -yang artinya- “Ya Allah, saya mohon
perlindungan kepadaMu daripada licik dan kikir, saya mohon perlindungan
pula padaMu kalau saya sampai dikembalikan kepada serendah-rendahnya
usia -yakni usia terlampau tua-, juga saya mohon perlindungan padaMu
daripada fitnah dunia serta saya mohon perlindungan padaMu daripada
fitnah kubur.” (Riwayat Bukhari)
1419.
Dari Mu’az r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengambil tangannya dan
berkata: “Hai Mu’az, demi Allah, sesungguhnya saya ini mencintaimu.”
Beliau s.a.w. lalu melanjutkan sabdanya: “Saya berwasiat padamu, hai
Mu’az, janganlah sekali-kali engkau meninggalkan setiap selesai
bershalat mengucapkan -yang artinya: “Ya Allah, berilah saya pertolongan
untuk tetap berdzikir kepadaMu, serta bersyukur kepadaMu dan beribadah
secara baik kepadaMu.” Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad
shahih
1420.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Jikalau
seorang diantara engkau semua bertasyahhud -yaitu mengucapkan bacaan
Attahiyyat dan seterusnya-, maka pada penghabisannya hendaklah mohon
perlindungan kepada Allah dari empat perkara. Maka supaya ia mengucapkan
-yang artinya: “Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan kepadaMu
daripada siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah di waktu
hidup dan setelah mati dan pula dari kejahatan fitnahnya Dajjal yang
mengembara.” (Riwayat Muslim)
1421.
Dari Ali r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. itu apabila berdiri
mengerjakan shalat, maka salah satu dari yang terakhir sekali beliau
ucapkan antara tasyahhud dan salam, yaitu bacaan -yang artinya: “Ya
Allah, ampunilah dosa-dosa saya yang lampau dan yang akan datang, juga
yang saya sembunyikan serta yang saya tampakkan, bahkan juga yang saya
perlebih-lebihkan dan dosa yang Engkau adalah lebih mengetahui daripada
saya sendiri. Engkau adalah Maha Mendahulukan serta Maha Mengakhirkan,
tiada Tuhan melainkan Engkau.” (Riwayat Muslim)
1422.
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, katanya: “Nabi s.a.w. itu memperbanyak
dalam mengucapkan ketika ruku’ dan sujudnya, yaitu Subhanakallahumma
rabbana wa bihamdikallahummaghfirli -Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan
kita dan dengan mengucapkan puji-pujian padaMu, ya Allah berilah
pengampunan padaku.” (Muttafaq ‘alaih)
1423.
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengucapkan
dalam ruku’ dan sujudnya: “Subbuhun quddusun Rabbul malaikati warruh –
Maha Suci dan Maha Bersih, yaitu Tuhan semua malaikat serta Jibril.”
(Riwayat Muslim)
1424.
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w.
bersabda: “Adapun ketika ruku’ maka Maha Agungkanlah Tuhan di dalamnya,
sedang ketika sujud, maka giatlah dalam berdoa, sebab nyata engkau semua
akan dikabulkan doamu semua itu.” (Riwayat Muslim)
1425.
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya “Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Sedekat-dekat keadaan seorang hamba dari Tuhannya ialah di waktu ia
sedang bersujud, maka perbanyakkanlah berdoa dalam sujud itu.” (Riwayat
Muslim)
1426.
Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengucapkan
dalam sujudnya: Allahummaghfir li dzanbi kullahu, diqqabu wa jillahu wa
awwalahu wa akhirahu wa ‘alaniatahu wa sirrabu – ya Allah, berilah
pengampunan padaku akan semua dosaku, yang kecil dan yang besar, yang
permulaan dan yang penghabisan, yang terang-terangan dan yang rahasia.”
(Riwayat Muslim)
1427.
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, katanya: “Pada suatu malam saya
kehilangan Nabi s.a.w., lalu saya selidiki, tiba-tiba beliau s.a.w.
sedang melakukan ruku’ atau sujud dan di situ beliau mengucapkan:
Subhanaka wa bihamdika la ilaha illa anta -Maha Suci Engkau dan dengan
mengucapkan puji-pujian padaMu, tiada Tuhan melainkan Engkau.” Dalam
riwayat lain disebutkan: “Lalu jatuhlah tanganku -Aisyah- pada kedua
tapak kakinya yang bagian dalam dan beliau sedang ada di dalam masjid,
sedang kedua tapak kaki itu didirikan. Diwaktu itu beliau s.a.w.
mengucapkan -yang artinya: Ya Allah, sesungguhnya saya mohon
perlindungan dengan keridhaanMu daripada kemurkaanMu dan dengan
pengampunanMu dari siksaanMu. Juga saya mohon perlindungan padaMu, saya
tidak menghitung-hitungkan pujian atasMu. Engkau adalah sebagaimana yang
Engkau pujikan pada diriMu sendiri. (Riwayat Muslim)
1428.
Dari Sa’ad bin Abu Waqqash r.a., katanya: “Kita semua berada di sisi
Rasulullah s.a.w., lalu beliau bersabda: “Adakah seorang diantara engkau
semua itu tidak kuasa mencari seribu kebaikan dalam setiap harinya?”
Kemudian ada seorang dari golongan yang duduk-duduk di waktu itu
bertanya pada beliau s.a.w.: “Bagaimanakah caranya mencari seribu
kebaikan itu?” Beliau s.a.w. menjawab: “Hendaknya orang -yang ingin
mendapat seribu kebaikan dalam sehari itu- tadi membaca tasbih seratus
kali, maka untuknya dicatatlah sebanyak seribu kebaikan atau
dihapuskanlah dari dirinya seribu kesalahan.” (Riwayat Muslim)
Al-Humaidi berkata: “Demikianlah yang disebutkan dalam kitab Muslim
yakni dengan kata-kata: “Au yuhaththu” -artinya: atau dihapuskan.
Al-Barqani berkata: “Hadis ini diriwayatkan oleh Syu’bah dan juga Abu
‘Awanah dan Yahya al-Qaththan dari Musa yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim dari arahnya itu. Mereka mengatakan: Wa yuhaththu -artinya: dan
dihapuskan, tanpa kata: “Alfin -yakni seribu.”
1429.
Dari Abu Zar r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Atas setiap
ruas tulang dari seorang diantara engkau semua itu pada setiap paginya
harus ada masing-masing sedekahnya. Maka setiap sekali bacaan tasbih
adalah sedekah, setiap sekali bacaan tahmid adalah sedekah, setiap
sekali bacaan tahlil adalah sedekah, setiap sekali bacaan takbir adalah
sedekah, memerintahkan kepada kebaikan juga sedekah, mencegah dari
kemungkaran juga sedekah dan keseluruhannya itu dapat dicukupi oleh dua
rakaat yang dikerjakan oleh seorang itu dari shalat Dhuha.” (Riwayat
Muslim)
1430.
Dari Ummul mu’minin yaitu Juwairiyah binti al-Harits radhiallahu ‘anha
bahwasanya Nabi s.a.w. keluar dari rumahnya pada pagi hari ketika
bershalat Subuh. Waktu itu Juwairiyah ada di dalam masjidnya. Kemudian
beliau s.a.w. kembali setelah melakukan shalat Dhuha, sedangkan
Juwairiyah duduk. Kemudian beliau s.a.w. bersabda: “Engkau masih tetap
dalam keadaan di waktu tadi saya tinggalkan.” Juwairiyah menjawab: “Ya.”
Nabi s.a.w. lalu bersabda: “Saya telah mengucapkan setelah meninggalkan
engkau tadi empat macam kalimat, sebanyak tiga kali, andaikata
kalimat-kalimat itu ditimbang dengan kalimat-kalimat yang engkau ucapkan
sejak hari ini tadi, niscaya kalimat-kalimat yang saya ucapkan itu
menang daripada yang engkau ucapkan. Kalimat-kalimat itu ialah:
“Subhanallah wa bihamdihi ‘adada khalqihi wa ridba nafsihi wa zinata
‘arsyihi wa midada kalimatibi -Maha Suci Allah dan dengan mengucapkan
puji-pujian padaNya, sebanyak hitungan makhluk-Nya, sesuai dengan
keridhaan ZatNya, seberat timbangan ‘arasyNya dan sepanjang beberapa
kalimatNya.” (Riwayat Muslim) Dalam riwayat Imam Muslim lainnya
disebutkan: Subhanallah ‘adada khalqihi. Subhanalfah ridha nafsihi.
Subhanallah zinata ‘arsyihi. Subbanallah midada kalimatihi.” Dalam
riwayat Imam Tirmidzi disebutkan: Nabi s.a.w. bersabda: “Tidakkah engkau
suka kalau saya ajari beberapa kalimat yang baik engkau membacanya,
yaitu: Subhanallah ‘adada khalqihi, tiga kali; Subhanallah ridha
nafsihi, tiga kali; Subhanatlah zinata ‘arsyihi, tiga kali; Subhanallah
midada kalimatihi, tiga kali.”
1431.
Dari Abu Musa al-Asy’ari r.a. dari Nabi s.a.w,, sabdanya: “Perumpamaan
orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak berdzikir
kepadaNya ialah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.”
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan juga diriwayatkan oleh Imam Muslim,
yaitu sabda Nabi s.a.w. “Perumpamaan rumah yang di dalamnya digunakan
untuk berdzikir kepada Allah dan rumah yang tidak digunakan untuk
berdzikir kepada Allah adalah seperti benda yang hidup dan benda yang
mati.”
1432.
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah
Ta’ala berfirman -dalam hadits qudsi: “Aku adalah menurut sangkaan
-keyakinan- hambaKu kepadaKu. Aku adalah beserta hambaKu itu apabila ia
berdzikir -ingat- kepadaKu. Maka jikalau ia berdzikir kepadaKu dalam
dirinya, maka Akupun ingat padanya dalam diriKu dan jikalau ia berdzikir
kepadaKu di kalangan orang banyak, maka Aku ingat pada orang itu di
kalangan makhluk yang lebih baik dari mereka itu -yakni di kalangan para
malaikat.” (Muttafaq ‘alaih)
1433.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Telah
dahululah orang-orang yang menyendiri.” Para sahabat bertanya: “Siapakah
orang-orang yang menyendiri itu, ya Rasulullah?” Beliau s.a.w.
menjawab: “Mereka itu ialah yang sama berdzikir kepada Allah dengan
sebanyak-banyaknya, baik lelaki ataupun perempuan.” (Riwayat Muslim)
Maksudnya: Menyendiri dalam ingatnya kepada Allah di waktu orang-orang
lain tidak mengingat kepadaNya. Inilah yang lebih dahulu memperoleh
keridhaan Allah Ta’ala. Diriwayatkan Almufarridun dengan tasydidnya ra’
dan ada yang meriwayatkan dengan takhfifnya -yakni ra’nya tanpa syaddah
lalu dibaca mufridun. Tetapi yang masyhur yang dikatakan oleh Jumhur
Ulama ialah dengan tasydid.
1434.
Dari Jabir r.a., katanya: “Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Seutama-utama dzikir ialah lafaz ‘La ilaha illallah’.” Diriwayatkan
oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1435.
Dari Abdullah bin Busr r.a. bahwasanya ada seorang lelaki berkata: “Ya
Rasulullah, sesungguhnya syariat-syariat Islam sudah banyak -yakni
hukum-hukumnya sudah lengkap- atas diriku, maka beritahukanlah kepada
saya akan sesuatu yang saya dapat berpegang padanya.” Beliau s.a.w.
bersabda: “Supaya lisanmu itu senantiasa basah dengan berdzikir kepada
Allah.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini
adalah hadits hasan.
1436.
Dari Jabir r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: “Barangsiapa mengucapkan:
Subhanallah wa bihamdih, maka ditanamlah untuknya sebatang pohon kurma
dalam syurga.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa
ini adalah hadits hasan.
1437.
Dari Ibnu Mas’ud r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Saya
bertemu Nabi Ibrahim a.s., pada malam saya di isra’ kan, lalu beliau
berkata: “Hai Muhammad, sampaikanlah salam saya kepada umatmu dan
beritahukanlah kepada mereka bahwasanya syurga itu bagus tanahnya, tawar
airnya dan bahwasanya ia adalah merupakan tanah datar yang rata dan
benih tanaman syurga itu ialah: ‘Subhanallah walhamdulillah wa la ilaha
illallah wallahu akbar’.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia
mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1438.
Dari Abuddarda’ r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidakkah
engkau semua suka kalau saya beritahukan kepadamu semua akan sebaik-baik
amalanmu, juga seindah-indahnya bagi Tuhan yang Maha Merajaimu semua,
serta yang tertinggi dalam derajat-derajatmu semua, bahkan lebih baik
untukmu semua daripada menafkahkan emas dan perak, juga lebih baik
untukmu semua daripada engkau semua bertemu dengan musuhmu lalu engkau
tebas leher-leher mereka itu dan merekapun menebas leher-lehermu semua?”
Para sahabat berkata: “Baiklah.” Beliau s.a.w. lalu bersabda: “Yaitu
berdzikir kepada Allah Ta’ala.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi. Imam
Hakim, Abu Abdillah mengatakan bahwa isnad hadits ini adalah shahih.
1439.
Dari Sa’ad bin Abu Waqqash r.a. bahwasanya ia bersama Rasulullah s.a.w.
masuk ke tempat seorang wanita dan di mukanya ada beberapa biji atau
beberapa kerikil -batu-batu kecil- yang digunakan untuk menghitung
tasbihnya, lalu beliau s.a.w. bersabda: “Tidakkah engkau suka kalau saya
memberitahukan padamu tentang sesuatu yang lebih mudah untukmu daripada
ini dan bahkan lebih utama?” Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: “Yaitu
suatu bacaan -yang artinya: Maha Suci Allah sebanyak hitungan apa-apa
yang diciptakan olehNya di langit. Maha Suci Allah sebanyak hitungan
apa-apa yang diciptakan olehNya di bumi. Juga Maha Suci Allah sebanyak
hitungan apa-apa yang ada diantara langit dan bumi. Maha Suci Allah
sebanyak hitungan apa-apa yang diciptakan olehNya. Allah adalah Maha
Besar sebanyak seperti itu pula. Segenap puji bagi Allah sebanyak
seperti itu pula. Tiada Tuhan melainkan Allah sebanyak seperti itu pula
dan tiada daya serta tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah
sebanyak seperti itu pula.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia
mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1440.
Dari Abu Musa al-Asy’ari r.a., katanya: “Rasulullah sa..w. bersabda
kepadaku: “Tidakkah engkau suka kalau saya tunjukkan kepadamu pada
sesuatu gedung simpanan dari beberapa gedung simpanan syurga?” Saya -Abu
Musa- berkata: “Baiklah, ya Rasulullah.” Beliau s.a.w. lalu bersabda:
“Yaitu ucapan: La haula wala quwwata illa billah -Tiada daya dan tiada
kekuatan, melainkan dengan pertolongan Allah.” (Muttafaq ‘alaih)
KEUTAMAAN DZIKIR MENGINGAT ALLAH SWT
Allah memerintahkan orang yang beriman untuk berzikir (mengingat dan menyebut nama Allah) sebanyak-banyaknya:
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” [QS Al Ahzab 33:41]
Tidak berzikir akan mengakibatkan seseorang jadi orang yang rugi.
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” [QS Al Munaafiquun 63:9]
Allah mengingat orang yang mengingatNya.
“Karena
itu, ingatlah Aku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” [Al Baqarah:152]
Orang yang beriman selalu ingat kepada Allah dalam berbagai keadaan :
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
[QS Ali 'Imran 3:190-191]
Dengan berzikir hati menjadi tenteram.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” [QS 13:28]
Menyebut Allah dapat membawa ketenangan dan menyembuhkan jiwa :
«
Menyebut-nyebut Allah adalah suatu penyembuhan dan menyebut-nyebut
tentang manusia adalah penyakit (artinya penyakitakhlak). (HR.
Al-Baihaqi)
Nabi berkata: Tiada amal perbuatan anak Adam yang lebih menyelamatkannya dari azab Allah daripada zikrullah. (HR. Ahmad)
« Demi yang jiwaku dalam genggamanNya, kalau kamu selamanya bersikap seperti saat kamu ada bersamaku dan mendengarkan zikir, pasti para malaikat akan bersalaman dengan kamu di tempat tidurmu dan di jalan-jalan yang kamu lalui. Tetapi, wahai Hanzhalah (nama seorang sahabat) kadangkala
begini dan kadangkala begitu. (Beliau mengucapkan perkataan itu kepada
Hanzhalah hingga diulang-ulang tiga kali). (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
« Perumpamaan orang yang berzikir kepada Robbnya dan yang tidak, seumpama orang hidup dan orang mati » (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi
berkata: ” Nyanyian dan permainan hiburan yang melalaikan menumbuhkan
kemunafikan dalam hati, bagaikan air menumbuhkan rerumputan. Demi yang
jiwaku dalam genggamanNya, sesungguhnya Al Qur’an dan zikir menumbuhkan
keimanan dalam hati sebagaimana air menumbuhkan rerumputan” (HR. Ad-Dailami)
Nabi
berkata: ”Maukah aku beritahu amalanmu yang terbaik, yang paling tinggi
dalam derajatmu, paling bersih di sisi Robbmu serta lebih baik dari
menerima emas dan perak dan lebih baik bagimu daripada berperang dengan
musuhmu yang kamu potong lehernya atau mereka memotong lehermu? Para sahabat lalu menjawab, “Ya.” Nabi Saw berkata,”Zikrullah.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Seorang
sahabat berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya syariat-syariat Islam
sudah banyak bagiku. Beritahu aku sesuatu yang dapat aku menjadikannya
pegangan.” Nabi Saw berkata, “Biasakanlah lidahmu selalu bergerak
menyebut-nyebut Allah (zikrullah).” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Nabi berkata: Sebaik-baik zikir dengan suara rendah dan sebaik-baik rezeki yang secukupnya. (HR. Abu Ya’la)
Di
antara ucapan tasbih Rasulullah Saw ialah : “Maha suci yang memiliki
kerajaan dan kekuasaan seluruh alam semesta, Maha suci yang memiliki
kemuliaan dan kemahakuasaan, Maha suci yang hidup kekal dan tidak mati.”
(HR. Ad-Dailami)
“Dua kalimat ringan diucapkan lidah, berat dalam timbangan dan disukai oleh Allah
yaitu kalimat: “Subhanallah wabihamdihi, subhanallahil ‘Adzhim” (Maha
suci Allah dan segala puji bagi-Nya, Maha suci Allah yang Maha Agung).
(HR. Bukhari)
Nabi
berkata: ”Ada empat perkara, barangsiapa memilikinya Allah akan
membangun untuknya rumah di surga, dan dia dalam naungan cahaya Allah
yang Maha Agung. Apabila pegangan teguhnya “Laailaha illallah”. Jika
memperoleh kebaikan dia mengucapkan “Alhamdulillah”, jika berbuat salah
(dosa) dia mengucapkan “Astaghfirullah” dan jika ditimpa musibah dia
berkata “Inna lillahi wainna ilaihi roji’uun.” (HR. Ad-Dailami)
Nabi
berkata: Wahai Aba Musa, maukah aku tunjukkan ucapan dari
perbendaharaan surga? Aku menjawab, “Ya.” Nabi berkata, “La haula wala
Quwwata illa billah.” (Tiada daya upaya dan tiada kekuatan kecuali
dengan pertolongan Allah).” (HR. Ibnu Hibban dan Ahmad)
Di antara zikir yang utama adalah Laa ilaaha illallahu (Tidak ada Tuhan selain Allah)
“Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: ‘DZikir yang paling utama adalah Laa ilaaha illallahu” [HR Turmudzi]
‘Rasulullah
bersabda : ‘Sesungguhnya aku berkata bahwa kalimat : ‘Subhanallah, wal
hamdulillah, wa Laa Ilaaha Illallah, wallahu akbar’ (Maha Suci Allah,
dan segala puji bagi Allah, dan tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan Allah
Maha Besar) itu lebih kusukai daripada apa yang dibawa oleh matahari
terbit.’ (HR Bukhari dan Muslim)