Salah satu saat terbaik memperbanyak sedekah, tentu saja, adalah di
bulan Ramadhan. Rasulullah SAW sendiri memberikan keteladannya dengan
memperbanyak bersedekah di bulan ini. Ibn Abbas r.a, meriwayatkan,
“Rasul saw adalah orang yang paling pemurah, lebih-lebih di bulan
Ramadhan.” Sedemikian pemurahnya hingga Ibn Abbas r.a menggambarkannya
sebagai “lebih pemurah daripada angin yang bertiup.”
Tentang ganjaran bersedekah sendiri dalam berbagai riwayat hadist
Rasul SAW telah menyatakan, juga dalam Al Qur’an Allah SWT menjanjikan,
pelipatgandaan harta yang disedekahkan, antara sepuluh sampai tujuh
ratus kali. Dalam surat Al Baqarah 261 Allah SWT menggambarkan bahwa
sedekah yang dibelanjakan adalah ibarat sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir yang tiap bulirnya menghasilkan seratus biji.
Artinya ganjaran sedekah kita adalah tujuh ratus kali lipat. Dan
sudah barang tentu angka itu pun hanyalah perumpamaan, yang
pengukurannya tidak lantas aritmatis semata. Allah SWT selalu Maha
Pemurah lebih dari yang kita persangkakan. Itupun masih dapat
dilipatgandakan lagi, diabadikan, dalam bentuk sedekah khusus, yakni
sedekah jariah.
Sedekah jariah tak lain adalah sedekah yang diperoleh dari hasil
berwakaf. Rasulullah saw menyatakan bahwa dari wakaf kita dapat
terus-menerus memanfaatkan buahnya tanpa menebang pokoknya. Ganjaran
wakaf tidak putus bahkan sesudah orang yang memberikannya meninggal
dunia.
Manfaat dari wakaf akan terus lestari sepanjang harta wakaf itu, yang
merupakan pokok aset tersebut, terus dirawat, dikelola, dan
menghasilkan surplus, serta dibagikan jariahnya untuk berbagai keperluan
masyarakat. Dan, betapa mulianya, betapa banyak ganjarannya, bila amal
berwakaf ini dilaksanakan di bulan penuh barokah, yakni bulan Ramadhan
ini. Ketika Ramadhan datang, wakaf seyogyanya banyak terbilang.
Dan, ketahuilah, bahwa dalam bersedekah tak ada yang perlu
dihitung-hitung. Rasulullah SAW menjelaskan kepada kita bahwa harta yang
tersisa sesungguhnya adalah harta yang kita sedekahkan itu. Semantara
harta yang kita simpan-simpan, yang kita tabung, yang kita
timbun-timbun, justru harta yang tiada bersisa. Harta yang kita
sedekahkan adalah harta yang akan tumbuh subur, dan suci karenanya.
Teladanilah kemurahatian Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan oleh
salah seorang Sahabatnya, Mu’awidh ibn Farra’ ini: “Saya mengantarkan
sepiring kurma dan mentimun segar kepada Nabi, dan beliau (membalas)
memberiku segenggam emas dan permata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar