Sifat Nabi dan Rasul
Telah berlaku kebijaksanaan Allah yang luhur untuk menjadikan Beliau sebagai manusia yang paling sempurna akhlaknya, paling utama ilmunya, paling mulia sahsiahnya dan paling agung amanahnya. Allah menjaga Beliau dengan pertolongan-Nya dan melindungi Beliau dipenjagaan-Nya serta mengawasinya.
Walaupun begitu,Beliau-Beliau itu tetap manusia biasa, karena itu jualah mereka juga makan dan minum, sehat dan sakit, menikahi wanita, berjalan-jalan di pasar, ditimpa oleh berbagai segi yang dirasa pahit oleh manusia seperti lemah, tua dan mati, namun mereka berbeda dengan manusia pada umumnya karena mereka mempunyai beberapa kekhususan serta memiliki sifat-sifat yang agung dan luhur.
Adanya kekhususan sifat-sifat ini bagi Beliau merupakan sesuatu yang memang harus ada pada mereka. Sifat Nabi dan Rasul itu adalah seperti berikut:
1. Shidiq ( jujur )
2. Amanah ( dapat dipercayai )
3. Tabliqh ( menyampaikan wahyu )
4. Fatanah ( cerdas )
Sifat ini merupakan suatu kepastian bagi nabi. Sifat ini, walaupun bagi manusia biasa juga merupakan keharusan, namun untuk bekal dakwah para nabi sifat itu menjadi sesuatu yang mutlak wajib ada, dan bahkan merupakan sifat pembawaan pada diri mereka. Maka tidaklah mungkin bagi seorang nabi, nabi mana pun juga, dari dirinya timbul sesuatu yang dapat merusak kewibawaan seperti berbohong dan berkhianat, memakan harta manusia dengan jalan yang tidak sah, dan sifat-sifat buruk lainnya.
Allah berfirman tentang diri Nabi Muhammad SAW yang bermaksud:
“Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagai perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kananya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalang (Kami) dari pemotongan urat nadi itu. Dan sesunguhnya Al-Quran itu benar-benar suatu pengajaran bagi orang-orang yang
bertakwa”.
(Al-Haqqah: 44-48)
Maksudnya iaitu bahawa seorang nabi adalah orang yang diberi kepercayaanterhadap wahyu, menyampaikan perintah-perintah Allah dan larangan-larangan-Nyakepada hamba-hamba-Nya dengan tanpa melebihi atau menguranginya, tanpa mengubahatau menantinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Tala yang bermaksud:
“(yaitu) orang–orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang pun selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan”.
(Al-Ahzaab: 39)
Jadi semua nabi itu diberi kepercayaan keatas wahyu, mereka menyampaikan urusan-urusan Allah sebagaimana adanya, tidak mungkin bagi mereka untuk membuat khianat atau mereka merahsiakan atas apa yang diperintahkan oleh Allah, kerana khianat itu bertentangan dengan amanah.Para nabi yang mulia semuanya telah menunaikan amanah dengan cara yang paling sempurna.
Sifat ini merupakan kekhususan terhadap para rasul yang mulia, yang bermaksud dengannya adalah bahawa rasul itu menyampaikan hukum-hukum Allah serta menyampaikan wahyu yang diturunkan kepada manusia dari langit. Mereka tidak menyembunyikan sedikit pun dari apa yang diwahyukan oleh Allah kepada mereka,walaupun seandainya di dalam penyampaian risalah bagi manusia itu akan menimbulkan suatu penganiayaan yang besar atau kejahatan yang mestinya hanya layak ditimpakan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan dan kerosakan.
Demikianlah kita dapat mengetahui bahawa semua para rasul itu mengistiharkan dengan terus terang bahawasanya mereka itu bersungguh-sungguh menyampaikan risalah Allah dan menasihati umat, sampai kepada rasul yang terakhir iaitu Nabi Muhammad SAW,yang mana Allah memerintahkan untuk menyampaikan risalah.Allah mengutus para Rasul agar dapat memberi peringatan kepada sekalian alam.Allah mengutusnya pada suatu masa kekosongan para rasul agar beliau mematahkan alasan-alasan ahli kitab iaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani agar mereka tidak mengatakan: “Tidak pernah datang kepada kami seorang pemberi khabar gembira dan pemberi peringatan”.
Rasulullah SAW telah menyampaikan ajaran-NYA, dan ketika turun kepadanya firman Allah yang bermaksud :
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintah (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”.
(Al-Hijr: 94)
Fatanah adalah kecerdasan dan kecerdikan. Seorang nabi tidaklah diutus kecuali ia mempunyai keagungan dan kecerdikan yang luar biasa, sempurna kecerdasannya dan daya fikiranya. Perhatikanlah firman Allah Taala yang melukiskan tentang Nabi Ibrahim a.s.
perhatikanlah sikap Nabi Ibrahim di dalam diskusinya dengan kaumnya yang musyirik,nescaya anda akan mendapatkan di dalamnya tanda-tanda kecerdikan dan kecerdasanpada diri Nabi Ibrahim a.s. menerusi dialog berikut yang bermaksud:
“Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur terpotong-potong kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain, agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata: “siapakah yang melakukan perbuatan tuhan-tuhan kami? Sesungguhnya dia termasuk orng-orang yang zalim”.
Mereka berkata: “(kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang ramai, agar mereka menyaksikan”.
Mereka bertanya: “Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, wahai Ibrahim?”
Ibrahim menjawab: “Sebenarnya patung yang besar itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara”.
Maka mereka telah kembali kepada kesedaran mereka dan lalu berkata: “Sesungguhnya kami sekalian adalah orang-orang yang menganiaya(diri sendiri)”
Kemudian kepala mereka tertunduk (lalu berkata):
“Sesungguhnya kamu (wahai Ibrahim) telah mengetahui bahawa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara”.
Ibrahim berkata:
“Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula)memberi mudharat kepada kamu?” Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami?”
(Al- Anbiya’: 58 -67)
Di samping keempat-empat sifat itu, mereka juga mempunyai sifat lain, yaitu : Terbebas dari segala aib yang merusakkan
nama baik, Ishmah ( terpelihara ) atau disebut juga "maksum"
Salah satu keistimewaan para Nabi dan Rasul adalah bahawa mereka sebagai manusia yang paling sempurna kejadian dan akhlaknya, paling tinggi ilmunya, paling mulia keturunannya, paling benar perkataannya, paling dapat dipercayai, dan mereka terhindar dari segala samada secara fisik mahupun rohani.
Para Nabi sentiasa mendapat pengawasan, pertolongan dan petunjuk daripada Allah SWT. Oleh itu mereka terhindar dari segala perbuatan dosa. Artinya, mereka tergolong “maksum “, tidak melakukan kesalahan dengan sengaja apalagi perbuatan dosa.
Sebagaimana firman Allah:
“Tidak mungkin seseorang Nabi berkhianat.”
( Ali Imran: 161 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar