Kamis, 30 Agustus 2012

kepedulian bersama

bismillahirahmanirahim,
sahabatku semua yang dirahmati Allah, pesta besar cagub disertai hingar-bingar jakarta tengah berlangsung, semua kandidat menonjolkan dirinya yang terbaik dan berhak memimpin jakarta, segala upaya pun dilakukan, dari turun ke jalan, ke pasar, ke rumah sakit, ke sekolah dan tempat-tempat kumuh sekalian mereka kunjungi, tak lain adalah guna tebar pesona cari dukungan sana-sini guna meluruskan tujuan utamanya, kedatangan mereka memang baik, tapi bagi beberapa orang kedatangan mereka juga musibah, coba bayangkan jakrta yang sempit jalanya, tiba-tiba rombongan grup kampanye lewat, jalan yang biasanya macet, ya tambah macet, jika sudah macet siapa yang rugi hayo….??? nah kita-kita juga kan, kan kepentingan kita juga tidak kampanye saja, ya to tidak kawan…
pertanyaan miris yang sering menjadi dilema, apakah mereka masih peduli memperhatikan orang kecil setelah mereka menjadi orang besar? apakah mereka mau kembali datang ketempat2 kumuh lagi, apakah mereka mau datang ke pasar yang bau, apakah mereka akan memperhatikan kondisi sekolah yang mau roboh? apakah mereka peduli…?
kawanku yang baik hatinya… apakah mereka akan peduli… coba jawab pertanyaaanku?
sebuah kisah menarik bacalah dengan seksama…
Sepasang suami istri petani pulang ke rumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam, “Hmmm…makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar?” Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah perangkap tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak, “Ada perangkap tikus di rumah!….di rumah sekarang ada perangkap tikus!….”

Ia mendatangi ayam dan berteriak, “Ada perangkap tikus!” Sang Ayam berkata, “Tuan Tikus, aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku” Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak. Sang Kambing pun berkata, “Aku turut bersimpati…tapi tidak ada yang bisa aku lakukan.” Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama. ” Maafkan aku, tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali” Ia lalu lari ke hutan dan bertemu ular. Sang ular berkata, “Ahhh…Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku” Akhirnya Sang Tikus kembali ke rumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri. Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yang terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah. Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri tidak sempat diselamatkan. Sang suami harus membawa istrinya ke rumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh pulang, namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam. Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya(kita semua tau, sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam). Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya. Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya. Masih, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia. Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat. Dari kejauhan…Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.
SUATU HARI….. KETIKA ANDA MENDENGAR SESEORANG DALAM KESULITAN DAN MENGIRA ITU BUKAN URUSAN ANDA… COBA PIKIRKANLAH SEKALI LAGI…
sahabatku semua yang dirahamati Allah,
Kadangkala kita memang terlalu asyik dengan apa yang ada pada diri kita sendiri. Persoalan-persoalan pribadi, rutinitas kerja, harta, dan kesenangan-kesenangan yang membuat kita lupa bahwa masih banyak orang yang membutuhkan uluran tangan dari kita
Ironis memang jika kita mengingat bahwa sejak Sekolah Dasar pun kita sudah dikenalkan dengan istilah makhluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup sendiri dan saling tergantung dengan orang lain. Tapi itulah kenyataannya, bahwa kita seringkali tidak peka terhadap sesama kita. Sekarang ini semakin jarang orang yang mau mengulurkan tangannya untuk membantu sesamanya. Contoh kecil, seringkali kita bersikap acuh tak acuh terhadap pengemis-pengemis yang cacat fisik yang dapat kita jumpai di depan pusat-pusat perbelanjaan. Padahal, mereka jelas-jelas sudah cacat dan tidak dapat mencari uang dengan cara yang lain. Sebenarnya mereka pun terpaksa untuk melakukan hal tersebut, jika bisa mereka ingin mencari sebuah pekerjaan yang lebih layak. .. Apakah orang-orang  mungkin sudah melupakan ajaran sosial yang telah kita terima sejak SD itu atau apakah orang-orang berpikiran bahwa dia hidup semata-mata untuk  mencari kepuasan diri dan memenuhi kepentingan dirinya sendiri???
seperti yang pak mario teguh bilang…
Melayani sesama adalah sudut pandang yang bisa memperbaiki rejeki dari semua pekerjaan.Bukan kepandaian, bukan warisan harta, bukan penampilan, bukan pula hal yang sering kita iri kepada orang2 yang lebih beruntung; yang membuat kita berhasil adalah ijin Tuhan. Apapun itu, ijin Tuhan = Keberhasilan.
Adanya istilah “Rahasia Perusahaan” alasannya supaya tidak tersaingi. Hal ini membuat orang tidak mau berbagi dengan orang lain, yang mempunyai metoda tidak mau berbagi metode. Kita juga takut kalau orang tahu, kita tidak bisa kaya.
Orang yang bergantung pada rencana sebagai satu2nya cara untuk berhasil, tidak perlu Tuhan. Karena keberhasilan itu sulit dan belum tentu, maka kita butuh Tuhan.
Berarti jika kita mau merubah konsep, bukan orang yang memberhasilkan kita, bukan kepandaian, bukan juga hal lainnya,tetapi ijin Tuhan; berarti, apapun yang kita kerjakan + ijin Tuhan = Sukses.
Jadi orang yang ikhlas melayani bagi kebaikan orang lain, menjadi orang yang mudah mendapatkan ijin Tuhan. Karena derajat tertinggi bagi manusia adalah kemanfaatan bagi sesama.
Bukan ilmu atau harta yang dapat memuliakan kita, tetapi Tuhan yang memuliakan kita karena kita berbagi.
Jadi kalau punya kesempatan untuk dibagi, bagikanlah. Karena semakin banyak anda memberi, maka semakin banyak anda menerima. Hukumnya “Anda tidak mungkin bisa memberi, tanpa menerima.”
Bagi orang baik, lebih baik gagal menjadi raja, tetapi berhasil sebagai kepala keluarga. Lebih baik gagal sebagai pramaisuri, tetapi ia berhasil sebagai Ibu.
Jadi, pilihan jangan MENDAPAT tetapi MENJADI bagi kebaikan keluarga.
Karena keberhasilan yang sesungguhnya belum tentu terjadi dimusim kehidupan kita; tetapi bisa saja terjadi dimusim anak-cucu kita.
Kita akan lebih peduli kepada seorang ayah yang berperan mengurusi kita, daripada seorang ayah yang berperan sebagai pejabat tinggi tetapi hanya mengurusi orang lain.
Sesuatu yang disebut indah itu akan dilengkapi oleh Tuhan dalam keseluruhan konsep keindahannya. Kekayaan yang indah itu adalah yang diijinkan oleh Tuhan untuk membantu seseorang, untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
Jadi keindahan dalam melayani sesama, bukan hasil dari perubahannya, tetapi ikhas melaksanakannya saja.
Untuk itu orang yang mau memperbaiki dirinya, harus mengikhlaskan dirinya dan mendorong dirinya terlibat dalam pekerjaan2 yang mengindahkan kehidupan sesama.
Hidup ini tidak adil, tetapi bisa kita negosiasi. Jangan minta dilebihkan pada sesuatu hal dimana kita sudah kurang. Mintalah dilebihkan pada sesuatu yang memang penting.
sahabatku yang baik..
masih ingatkah dengan artikel ini…kebaikan berbuah manis
Pada suatu hari, seorang petani Skotlandia yang hidup miskin mendengar tangisan seorang anak kecil yang terperosok ke dalam lumpur. Sang anak masuk kedalam lumpur yang amat berbahaya. Sang petani tersebut bernama Fleming, ia dengan cepat membantu si anak kecil keluar dari lumpur tersebut. Anak itu pun selamat dan dapat kembali ke rumahnya.
Keesokan harinya, ayah dari sang anak yang diselamatkan oleh Fleming datang kerumahnya. Sang Ayah ini mengucapkan terima kasih kepada Fleming. Kebetulan ia salah satu orang kaya. Ia menawarkan apa saja yang diinginkan oleh FLeming sebagai ucapan terima kasih atas jasa fleming menyelamatkan anaknya. Namun Fleming dengan rendah hati menolaknya, karena ia melakukan hal tersebut dengan sukarela.
Namun sang ayah dari anak yang diselamatkan ini mengajukan satu permintaan. Karena ia melihat ternyata Fleming juga memiliki seorang anak. Ia melihat kondisi rumah Fleming yang kecil dan kehidupannya yang miskin, pastilah Fleming tidak mampu membiayai sekolah anaknya hingga level universitas. Maka Orang kaya ini menawarkan akan membiayai sekolah anak Fleming hingga level universitas.
Tahun demi tahun berlalu, Anak Fleming kemudian dimasukkan ke universitas terbaik saat itu, yaitu St. Marys Hospital Medical School di London. Syukurnya anak fleming juga tidak menyia nyiakan kesempatan yang diberikan orang kaya tersebut.
Anak Fleming belajar dengan tekun dan menjadi sangat terkenal. Ia menemukan sebuah obat yang bernama Penicilin. Anak Fleming ini bernama Sir Alexander Fleming.
Bertahun tahun kemudian, anak si orang kaya yang membiayai kuliah fleming terserang pneumonia. Saat itu , tahukah anda satu satunya obat yang mampu menyelamatkan sang anak adalah Penicilin. Ya penicilin yang ditemukan oleh alexander fleming. Nama anak orang kaya tersebut adalah Sir Winston Churchill.
Kisah nyata ini kembali meneguhkan keajaiban memberi. Setiap perbuatan baik akan mengembalikan perbuatan baik yang lebih besar kepada kita.
kawanku yang baik hatinya, jadilah pribadi yang mempunyai…
Wajah yang teduh, dan hati yang penuh kasih.
Wajah yang teduh. Begitu anda berjanji kepada Tuhan, “Tuhanku aku akan pelihara wajahku teduh, supaya bisa mendamaikan keluarga dan orang lain”. Maka ketahuilah semua itu akan diuji.
Hati yang penuh kasih. Tandanya adalah hatinya mudah kasihan, tidak tegaan. Hati yang penuh kasih, tidak pernah lama ada isinya, karena kasihnya diberikan. Berati jika kasihnya kosong, maka yang akan mengisi kasih berikutnya adalah Tuhan. Orang yang mengasihi sesama, hatinya diisi kasih sayang Tuhan.
Jadilah pribadi yang membuat orang disekitar anda damai, dan memberilah untuk kebaikan perasaan mereka.
Didalam melayani sesama, cara paling sederhana adalah melayani dengan wajah yang teduh.
Dalam proses itu anda akan menghilangkan kontradiksi kemarahan dan kegelisahana.
Karena semua orang yang berhasil itu bukannya tanpa kontradiski didalam dirinya. Tetapi mereka memanfaatkan kontradiski itu untuk belajar sabar, untuk belajar tabah, dan bekerja bagi kebaikan banyak orang.
Lalu berhati penuh kasih, karena dia tahu, kalau dia mengasihi, dia akan dikasihi.
Orang yang berfokus pada kebaikan orang lain, Tuhan akan berfokus pada kebaikannya.
sahabtku yang istimewa….
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hambanya selama hambanya menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, akan Allah mudahkan baginya jalan ke syurga. Sebuah kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah membaca kitab-kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, niscaya akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi malaikat serta Allah sebut-sebut mereka kepada makhluk disisi-Nya. Dan siapa  yang lambat amalnya, hal itu tidak akan dipercepat oleh nasabnya.
(Riwayat Muslim)
kawanku, sering tengoklah orang yang berada dibawah saat engkau berada diatas, karena jika suatu saat engkau jatuh kebawah, orang-orang yang pertam kali menolongmu adalah orang-orang yang dibawah, bukan orang-orang yang diatas….
” Hidup ini banyak banyaklah memberi, bukan menerima sebanyak-banyaknya.”
bukan begitu kawan? masihkah ada yang ikhlas menolong sesama?
siapakah dia?
semoga bermanfaat..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar